Program Retrofitting Akhirnya Diteruskan Pemkab Banyuwangi
Retrofitting adalah proses modifikasi atau penambahan fitur pada sistem atau struktur bangunan yang sudah ada. Tujuannya, untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi, meningkatkan keselamatan, mengurangi biaya operasional dan meningkatkan nilai aset.
Itulah yang dikerjakan PMI Kabupaten Banyuwangi pasca menerima hibah program retrofitting dari Palang Merah Amerika Serikat, Amcros (American Red Cross).
Program ini bergulir mulai tahun 2019 dengan sasaran rumah rumah penduduk. Contohnya rumah Pak Muchlis, salah satu rumah penduduk Banyuwangi yang menerima manfaat.
Rumah Pak Muchlis terbuat dari tembok bata dan dinilai rawan roboh jika terkena goyangan gempa. Agar lebih kuat dan tahan gempa maka tim retrofitt melakukan reftrofit dengan teknis ferrosement yaitu menambah anyaman kawat (Ram) pada beberapa sudut. Modifikasi juga dilakukan pada atapnya dengan menggunakan genteng ringan, pilar, juga lantai dan bagian atas rumah lainya. Setelah di retrofit, rumah Pak Muchlis dianggap aman gempa. Semula rumah Pak Muhlis hanya berbahan bata tanpa penguat besi atau ayaman kawat.
Selain teknik ferrosement, ada juga menggunakan teknik konvensional, menambah besi pad sudut sudut rumah agar lebih tahan. Sebelum rumah di retroffit, terlebih dahulu diadakan musyawarah antara Amcros, PMI Banyuwangi dan pemilih rumah. Pemilih rumah free biaya. Artinya semua biaya ditanggung oleh negara donor, Amcros
“AMCROS punya standar biaya dimana tiap rumah maksimal Rp 70juta/unit (Tergantung dari luas rumah). Pada tahun 2020 Amcros berhasil membangun 4 unit dengan anggaran totalnya sekitar Rp280 juta. Lalu PMI sendiri membangun 6 unit di Kelurahan Tamanbaru Kec. Banyuwangi dan Mojopanggung Kec. Giri,” Ujar Dr. H. Nurhadi,MM, Wakil Ketua PMI Kab. Banyuwangi, pada Selasa (22/4/2025).
Banyak manfaat ketika program ini bergulir. Banyak tukang bangunan bergabung dan ingin mendapat pelatihan. Tercatat ada 30 tukang bangunan mengikuti pelatihan dan praktek lapangan. Setelah dilakukan seleksi secara ketat hanya ada 5 tukang yang memenuhi kualifikasi Amcros.
Wakil Ketua PMI Banyuwangi Dr. Nurhadi, menyatakan, pihaknya mengajukan 5 titik untuk dilakukan retroffiting, namun yang disetujuhi hanya 2 desa yakni Kelurahan Mojopanggung Kec. Giri dan Desa Tamanbaru, Kec. Banyuwangi.
Program Retrofitting dimulai bulan Juli 2019 sampai Mei 2020. Sayangnya ketika itu Indonesia tengah dilanda musibah besar Covid-19, lalu dilanjut lagi sampai Juli 2021.
Sebelum program dimulai, PMI Banyuwangi harus menyiapkan Relawan berbasis Masyarakat (Sibat). Sibat dibentuk disetiap desa beranggotakan 20 orang terdidi Karang Taruna, tokoh masyarakat, tokoh agama, guru dan Kepala Desa.
Target utama dari program ini sesungguhnya perubahan prilaku, perubahan sikap. Harus diakui kalau terjadi bencana masayarakat kita kan banyak pasrahnya, tidak ada antisipasi karena sudah terlanjur di zona nyaman. Tapi kalau sudah terjadi bencana baru bingung.
Perubahan prilaku itu dimulai dari keluarganya, perangkat kelurahan/desa, termasuk prilaku relawan PMI, pengurus PMI Kabupaten dan Kecamatan
Nurhadi mengungkap bahwa hasil dari evaluasi pengurus PMI Pusat dan Amcros, Program Retroffing di Jember dinyatakan berhasil. Terpenting adalah disiplin penggunaan anggaran. Kalau anggaranya 100 juta misalnya, ya yang ada dibelanjakan dan dipertanggung jawabkan.
Pada perkembangan berikutnya yakni tahap ll pada bulan Juli 2024 sampai April 2026. Kami diundang ke Jakarta untuk melakukan MoU. Ketika program baru akan berjalan ternyata ada kejadian luar biasa di Amerika menyangkut kebijakan Presiden Donald Trump, program mendadak di hentikan. Tetapi penghentian tidak hanya dibidang sosial, namun juga bidang pendidikan. Tepatnya Maret tahun 2025 program ini resmi dihentikan.
Lalu bagiamana nasip dua sasaran yang terlanjur diajukan. Nurhadi menyebut, sekarang program itu diambil alih Pemkab Banyuwangi dan dilanjutkan melalui dana hibah Pemkab. Alhamdulillah, ucap Nurhadi.
“Kami terimakasih kepada Ibu Bupati yang memberikan perhatian besar dan melanjutkan program Amcros,” tandas Nurhadi.
Meski sudah berhenti, Nurhadi mengaku bersyukur dimana PMI Banyuwangi sudah mendapat pengalaman baru, ilmu baru bedah rumah tahan gempa melalui dua teknis konvesional dan ferrosement. Sekarang kami sudah bisa melakukan sendiri karena tukang standar Amcros-pun juga sudah punya. Pengetahuan relawan berbasis masyarakat untuk menangani kalau terjadi bencana tsunami juga sudah punya.
“Memang rumah di perkotaan seperti Banyuwangi bermacam macam. Sangat padat (berhimpitan), kontruksi bangunannya kurang memadai dan banyak tanpa IMB (PBB). Itu semua rawan kena gempa. Sekalipun baru percontohan saja, belum sampai pada tindakan massal, namun ini adalah pengalaman baru. Dan nyatanya kami sudah bisa melakukan sendiri,” ucap Nurhadi dalam paparannya didepan tim Majalah Gelora.
Spesifikasi retrofitting, kalaupun ambrol tidak langsung spontan ambruk, melainkan ada rentan waktu sehingga masih ada kesempatan untuk penyelamatan diri. (Tim Majalah Gelora)