JEMBER (pmijawatimur.or.id) – Pasca orientasi Satuan Pendidikan Aman Bencana ( SPAB ) dua pekan lalu, para guru di Kecamatan Puger dan Gumukmas, Jember, Jawa Timur, mulai serentak menyelipkan 5 hingga 10 menit materi kebencanaan dalam kepada siswa di dalam kelas.
” Implementasi pengenalan bencana kepada siswa kami serahkan kepada bapak ibu guru. Hanya butuh sekitar 5 sampai 10 menit bebas berinovasi diantara jam pelajaran, ” kata Weni Catur, Koordinator SCR Project PMI Jember, Kamis, 15/2/2025.
Guru yang dimaksud, pada 11 sekolah yang ditunjuk menjadi pilot project School and Community Risilience ( SCR ) Project Japanese Red Cross Society bersama Palang Merah Indonesia. Diantaranya, SMPN 1 Puger, SDN Puger Kulon 01, SMPN 3 Puger, SDN Puger Wetan 01, SMPN 1 Gumukmas dan beberapa lainya.
Implementasi 5 hingga 10 menit belajar bencana di kelas per hari, dilakukan secara tematik, sesuai mata pelajaran yang diajarkan. Seperti yang dilakukan Ulfiah, guru SMPN 1 Puger, Kamis 15/5/2025. Di kelas 8C sekolah tersebut Ulfiah mengajar fisika. Di pojok bahasan Gempa Bumi, Ulfiah menyelipkan bencana gempa bumi dan cara penyelamatannya. Siswa juga diajak bernyanyi riang yang liriknya bimbingan Kesiap Siagaan Bencana.
Di kelas lain, SMPN 1 Puger, Qoriatul Nurjanah, guru Ketrampilan tiba tiba di papan tulis menggambar ilustrasi sebuah tas, dan spontan gambar tas tersebut dilengkapi penjelasan isinya berupa perlengkapan kesiap siagaan. Tak lama kemudian, siswa di kelas tersebut terdengar nyanyi bersama tentang Kesiap Siagaan terhadap Gempa.
Tak Jauh dari situ, tepatnya di SDN Puger Kulon 01, para guru di kelas 4 dan 5 terlihat memanfaatkan 5 – 10 menit waktu menyelipkan pelajaran bencana. Endri, guru di kelas 5 B , Kamis siang menjelaskan pelajaran IPA disesi akhir, tiba tiba mengajak anak anak sembunyi di bawah meja dan lari keluar.
” Kebetulan pelajaran IPA, pokok bahasan terkait dengan bumi. Diakhir pelajaran, dikenalkan tentang gempa dan tips penyelematannya “, kata Amel, anggota KSR PMI Jember yang memonitor giat SPAB di sekolah itu.
Berbeda dengan, di SMP dan SD, 10 menit kenal bencana di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Ulum Desa Kepanjen, Kecamatan Gumukmas, Jember diselipkan guru ketika pelajaran Tajwid dan Nahwu sharaf.
” Awalnya sang guru menerangkan satu ayat Alquran dan hadist, yang terkait dengan kerusakan bumi. Lalu dia menyambung tentang bencana gempa bumi “, kata Weni Catur, saat monitoring SPAB SCR di madarasah tersebut.
Staf Japanese Red Cross Society untuk Indonesia, Yana Maulana melalui ponselnya menjelaskan, menyelipkan 5 sampai 10 menit pelajaran kebencanaan kepada siswa di kelas, merupakan metode inovatif yang sedang dikembangkan pada Satuan Pendidikan Aman Bencana ( SPAB ) di sekolah. Ini untuk menyiasati agar porsi pengetahuan kebencanaan tersampaikan kepada siswa.
Sangat tidak mungkin disediakan dalam porsi satu dua jam penuh, karena belum ada kurikulum resmi kebencanaan dari kementrian pendidikan.
” Selipkan waktu 5-10 menit pengenalan bencana tu metode inovatif kami, karena belum ada kurikulumnya. Bisa sehari sekali tergantung gurunya. Kalau di Jepang satu bulan sekali pelajaran kebencanaan diberikan, durasi belajar mengajarnya bisa 1 – 2 jam, ” kata Yana Maulana. ( Mamang Pratidina )