Minat masyarakat Jawa Timur dalam mendonorkan darahnya kepada yang membutuhkan begitu tinggi. Itu artinya, bahwa nilai kemanusiaan masyarakat di Jatim pun juga tinggi.
Namun, yang cukup menarik untuk diketahui bukan menyangkut tingginya angka pendonor, tetapi pengalaman para pendonor saat pertama kali mendonorkan darahnya.
Seperti pengalaman yang diungkapkan Yoe Bing, wanita kelahiran 28 Mei 1972 yang telah 50 kali berdonor.
Ibu dua orang anak yang beralamat di Klampis Anom XIII/29a, Surabaya, ini mengatakan, dirinya ingin berdonor sejak tahu kalau memiliki golongan darah rhesus negatif di tahun 2000.
Tetapi, karena saat itu masih tinggal di Blitar, Yoe Bing baru punya kesempatan mendonorkan darahnya di Surabaya di tahun 2011.
“Jadinya tahun 2011 saya donor. Itu donor pertama kali. Sekarang, atau tepatnya 20 Januari 2025, saya sudah beronor untuk yang ke 60 kalinya,” katanya.
Istri dari Eko Wibisono ini mengakui, jauh sebelum punya keinginan berdonor, dia belum tahu kalau dirinya memiliki jenis darah yang langka di Indonesia. Yakni, Rhesus negatif (Rh-), golongan darah yang tidak memiliki antigen Rh.
“Saya baru tahu kalau memiliki darah rhesus negatif di tahun 2000, saat mengalami pendarahan pasca operasi caesar. Awalnya nggak terlalu paham apa itu rhesus negatif. Hanya tau kalau itu biasanya darahnya orang bule,” imbuhnya.
Di lingkungan keluarga, sambungnya, hanya dia satu-satunya yang memiliki rhesus negatif. Bahkan, orangtuanya pun tidak memiliki jenis rhesus negatif. “Mereka berdua (orangtua) pembawa gen rhesus negatif”.
Untuk diketahui, pendonor rhesus negatif hanya bisa donor disaat ada yang membutuhkan saja. “Unit Transfusi Darah atau Unit Donor Darah PMI akan memanggil kita kalau ada permintaan dari Rumah Sakit,” katanya seraya menambahkan bahwa kedua anaknya yang juga memiliki rhesus positif, sesekali ikut mendonorkan darah mereka.
Menyinggung soal kiat sehat dan bugar di usianya sekarang, Yoe Bing mengatakan, tidak ada kiat khusus. Dia hanya merutinkan olahraga dan sebisa mungkin menjaga pola hidup supaya selalu siap saat ada panggilan donor.
Sedangkan aktivitas lainnya, dia aktif di Komunitas Keluarga Rhesus Negatif (KeRhen). Sebuah komunitas sosial yang bertujuan untuk mewadahi teman-teman yang memiliki darah rhesus negatif, sosialisasi dan menjadi penggerak donor darah untuk teman-teman rhesus.
Untuk itu, Yoe Bing menyarankan kepada anak-anak muda dan pemilik darah rhesus negatif, semoga semakin sadar dan rela menjadi pendonor, dan menjadikan donor darah sebagai gaya hidup sehat.
Sedangkan untuk PMI, semoga ikut membantu menyosialisasikan tentang golongan darah rhesus negatif. “Karena semakin hari permintaan darah rhesus negatif semakin banyak dan sering, tidak berimbang dengan pertambahan pendonor rhesus baru,” tukasnya.
Yoe Bing pun mengaku sangat bangga bisa menjadi pendonor, apalagi tahun 2025 ini sudah mencapai 50 kali donor. Angka 50 kali tersebut cukup fantastis untuk seorang pendonor rhesus. (*)