Oleh : Dr. H. Muhtadi,M.Hi
(Univ. Darul Ulum Jombang)
Satu malam lebih baik dari seribu bulan (Lailatul Qadar), merupakan janji Allah SWT, kepada nabi Muhammad saw dan umatnya, malam yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam di belahan dunia. Malam yang istimewa ini akan diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya di bulan yang super istimewa, dan untuk orang-orang yang benar-benar mendambakannya dengan hati yang tulus.
Sebagian ulama` ahli Hikmah mengatakan bahwa Allah menyimpan Lailatul Qadar di bulan Ramadhan, andaikan datangnya Lailatul Qadar, ditentukan hari dan waktunya, kemungkinan, suasana syiar ramadhan, tidak semeriah sebagaimana yang kita lihat saat ini, misalnya tadarus Al- Qur`an di mushalla, masjid, mulai pagi, siang hingga malam. Demikian pula amal-amal ibadah shalih ang lain, seperti pembagian ta`jil, pengajian menjelang berbuka puasa, atau kultum setelah shalat tarowih dan ataupun setelah shalat subuh. Bisa jadi, semua itu hanya akan dilakukan pada waktu lailatul qadar yang telah di tentukan dalam sebagian malam dan tidak pada kesehariannya mulai awal hingga akhir Ramadhan.
Allah SWT, dan rasul-Nya nabi Muhammad saw, sengaja tidak menjelaskan secara jelas tentang waktu turunnya Lailatul Qadar, kecuali hanya memberikan tanda-tandanya saja, misalnya udara dan angin sekitar terasa tenang, langit tampak bersih bahkan tidak nampak awan sedikit pun, terbit matahari tidak menyengat, dan malam hari yang hening akan terlihat cerah. Ada pula beberapa riwayat yang menjelaskan Lailatul Qadar terjadi di malam-malam ganjil di sepuluh akhir bulan Ramadhan, dan ada pula yang menyebut malam 27, dan atau malam 23, (Riyadhusshalihin)
Imam Al-Ghazali, melihat bahwa Lailatul Qadar bisa ditentukan dari awalnya bulan ramadhan. Jika awalnya pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29, jika awalnya pada hari Senin, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21, jika awalnya pada hari Selasa atau Jum`at, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27, jika awalnya pada hari Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25, dan jika awalnya hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23. Ijtihad Imam Ghazali ini didasarkan sebuah hadits `Barang siapa berijtihad dan benar, mendapat dua pahala, dan kalaupun salah tetap mendapat satu pahala.
Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah teladan bagi umatnya dalam dalam bebagaihal, termasuk dalam melaksanakan ibadah, beliau menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak ibadah pada bulan Ramadhan, misalnya membaca Al-Quran, i`tikaf, menyantuni fakir miskin, anak yatim, dan amal shalih yang lain. Hal demikian dianjurkan oleh Rasulullah mengingat dilipat gandakannya pahala, terutama ketika memasuki sepuluh akhir di bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini, sebagaimana sabdanya `Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.` (Muttafaqun alaihi).
Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan yang artinya `dari Aisyah radhiallahu anha, ia berkata: `Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan di Ramadhan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghiasi malamnya dengan amal shalih dan membangunkan keluarganya untuk bersama-sama i`tikaf di masjid` (Riyadhussolihi, 351)
Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari `Aisyah radhiallahu anha:
`Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam beribadah di sepuluh terakhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan di selain bulan Ramadhan.` (HR Muslim).
Lailatul Qadar juga diriwayatkan akan tiba di tujuh hari terakhir bulan Ramadhan, dalam sabdanya, `Aku juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian bahwa Lailatul Qadar turun pada tujuh hari terakhir, barangsiapa yang berupaya untuk mencarinya, maka hendaknya dia mencarinya dengan sungguh-sungguh pada tujuh hari terakhir`(muttafaqun `alaihi dari Ibnu `Umar radhiyallahu `anhuma).
Dari beberapa riwayat di atas terkait Lailatul Qadar, mengandung misteri akan waktu diturunkannya, semua itu tidaklah salah akan tetapi tidak pula menunjuk pada waktu tertentu dan pasti, akan tetapi lebih bisa difahami agar umat Islam bersungguh-sungguh dalam proses pencariannya dengan mengharap ridha Allah SWT. Hal demikian sesuai dengan hadits nabi Muhammad saw yang artinya `Barang siapa berpuasa di bulan ramadhan dengan penuh keimanan seraya mengharap ridha Allah SWT, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa nya yang telah lampau`.
Jika dosa-dosa seseorang telah diampuni oleh Allah SWT, maka doa- doa nya akan mudah dikabulkan oleh Allah SWT, termasuk doa untuk memperoleh Lailatul Qadar. Pengampunan dosa, sangat terkait dengan keimanan yang kuat dan mengharap ridha Allah SWT. Begitu pula dibarengi dengan perjuangan melawan hawa nafsu selama bepuasa di bulan Ramadhan, bersedekah, tadarus Al-Qur`an, Ibadah yang berkualitas dan istiqomah.
Demikian, semoga kita bisa melewati proses panjang untuk memperoleh ridha Allah SWT, mampu menjalankan puasa dengan baik, sehingga tergolong orang-orang yang sukses dan berkah di dunia maupun akhirat. Aamin Yaa Rabbal Aalamiin. (*)